Isapan Jari Manis

Sakhyam Sakhya Vavrtyam
1 min readApr 18, 2021

“Yang selalu aku pikir, namun berakhir getir”

Begitulah yang aku rasakan saat ini, hancur, rapuh dan terpuruk. Seakan dunia tidak lagi berkawan denganku. Seakan langit mendung bersamaku. Hanya karena suatu hal yang menurutku tragedi.

Aku coba mengingat dimana semua bermula walau akibatnya adalah lara. Semua itu hadir saat kau membawa seribu keindahan yang bertransformasi menjadi kebusukan. Seperti serigala berbulu domba. Namun sayangnya, aku terbuai dalam kepalsuan indah itu, perihal janji-janji yang kau utarakan tanpa bukti, namun ku percaya karena aku menghargaimu, tapi apakah kau menghargai ku?

Kau hanya lakukan semua itu demi sebuah motif, namun motif itu terkuak saat kamu mencuri, mengeksploitasi dan mendapatkan apa yang kau mau, tanpa kau pikir betapa berharganya hal itu bagiku. Tapi setelah kau ambil begitu saja, kau hilang dan tak peduli, dengan senang hati kau mengakhiri…

Untuk berbicara jujur pun kau enggan. Untuk sekejap menceritakan semuanya pun kau enggan. Aku heran, dan keheranan itu menjelma menjadi trauma. Hingga aku melahirkan persepsi bahwa wanita yang mendekat hanyalah kebohongan belaka, tak ada cinta, tak ada rasa, semua hanyalah ambisi.

Kau tahu? Saat aku menulis ini, aku ada di dalam kegelapan diriku yang paling dalam. Ada di ketiadaan dan ketidak bahagiaan. Sampai aku ingin menuliskan “Anjing, Bangsat, Bajingan!”.

Wahai kau yang menorehkan luka, menghidupkan bara dan mematikan asa.

Ombre

--

--